Wednesday, July 27, 2016

Belajar tak melulu di Kelas

pembagian tugas personal pada kelompok ibu-ibu untuk mengolah hasil panen

Belajar ternyata tak melulu di kelas, di dalam gedung. Belajar juga takmelulu kala menjadi anak. Setelah punya anak pun, berapapun usia, perlu terus belajar, supaya tetap hidup. Untuk bertahan dan cakap hidup senyatanya takcukup hanya menghafal rumus, tanggal, dan peristiwa.
Belajar tentang hidup, juga perlu nyambung dengan kehidupan sekitar. Kita sudah banyak menuai masalah ketika proses Pendidikan (nasional) kita berjarak dengan kondisi persoalan di masyarakat . Hanya menghasilkan generasi yang berada di awang-awang, tak berakar, pada akhirnya justru menjadi bagian masalah, bukan solusi.
Di desa dimana SP berada, 100% masyarakat petani. Semua menanam untuk makan dan hidup. Meskipun banyak persoalan dalam bertani, tapi semua orangtua tetap bertani. Selain persoalan akses terhadap lahan, ketersediaan air, Ada persoalan tentang proses budidaya, minimnya pengolahan pascapanen, juga marketing/pasar. Tapi, uniknya, ragam persoalan, tak memalingkan masyarakat dari bertani. Bertani adalah hidup mereka.
Rasanya pelajaran paling nyambung dan kontekstual dengan situasi desa adalah belajar bertani. Lebih jauh, Belajar bertani sebenarnya belajar tentang keberdayaan dalam hidup. Di dalamnya ada banyak proses belajar, untuk bangga menjadi produsen yang mandiri dan berdaulat di tanah sendiri. Belajar pula mencoba mencari solusi atas budidaya, pengolahan paskapanen juga pasar
Mulailah kami berproses. Belajar dari realita sekitar. Apa saja yang bisa kita lakukan jika ingin menjadi petani yang berdaulat. Setelah beres dengan lahan dan alat produksi pertanian, beranjak belajar proses merawat dan melestarikan benih, melestarikan dan memanen air hujan, mengolah tanah secara ekologis, merawat tanaman, hingga menuai panen ?selanjutnya penting belajar bagaimana cara menjadi lebih sejahtera dari mengolah hasil panen? Juga bagaimana membangun jaringan pasar dan menjual produk kita secara adil.
Melalui Sekolah Pagesangan kami belajar secara sederhana. Dari realita dan persoalan sekitar. Mencintai tanah dan air sendiri. Supaya tidak pula kami tercerabut dari konteks social dan budaya dimana kami berasal. 
‪#‎aruskecil‬ ‪#‎agroecology‬ ‪#‎banggajadipetani‬ ‪#‎banggajadiprodusen‬
Rembugan dengan kelompok Ibu-ibu untuk mengolah hasil panen — with Aan Subhansyah,Setiawan Aji, Lusi Dianti Duryat, Afin Yulia, Chandra Prijosusilo and Nissa Wargadipura.


mempersiapkan benih kacang tanah — with Murni.

menyiapkan dan mengkondisikan tanah berbatu (batu bertanah) guna membenamkan benih-benih legum (benguk, koro, kacang dll).

akrab dan berfikir kreatif menghadapi lahan berbatu
 — with Chandra Prijosusilo, Livia Lipio,Murni and Nissa Wargadipura.

menanam dan membenamkan benih di sela-sela tanah dan humus/serasah yang ada diatas karang.
tak putus asa bertani di lahan berbatu dan berkarang. harus selalu kreatif menyiasati bertanam di kondisi lahan batu bertanah, karang bertanah.
 — with Afin Yulia, Livia Lipio and Murni atPanggang, Gunungkidul, Yogyakarta.

membenamkan benih kacang tanah di sela-sela benih sorgum dan jali

0 comments:

Post a Comment